Beberapa waktu lalu, bawang merah ramai diberitakan media Indonesia karena harganya yang melonjak fantastis. Kebetulan saya pernah dapat tugas dari dosen untuk menulis tentang bawang merah dengan format penulisan Tinjauan Pustaka. Jadi, tulisan dari berbagai referensi tersebut saya lampirkan di bawah ini, semoga dapat bermanfaat. (Annisa Dieni Lestari)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Bawang Merah
Bawang merah (Allium
cepa, grup Aggregatum) merupakan
komoditas holtikultura yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Tanaman ini umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun, meskipun ada yang bisa
ditanam sepanjang tahun. Seorang ahli taksonomi, Hanelt (1990) dalam
Rabinowitch dan Currah (2002) mengoreksi klasifikasi bawang merah sebagai
berikut:
“For
many years, the name Allium ascalonicum was mistakenly used in literature for shallots, as the name was first
given to a distinct wild Allium species
from the Near East. However, as nearly as 1956, J. Helm related shallot to the A.
cepa taxon”.
Sementara
itu, klasifikasi bawang merah berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisio: Spermatophyta
Divisio: Magnoliophyta
Subdivisio: Angiospermae
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Liliidae
Ordo: Amaryllidales
Famili: Alliaceae
Genus: Allium
Spesies: Allium cepa grup Aggregatum
Selanjutnya, ciri-ciri morfologis bawang merah yaitu
berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang
sejati seperti cakram tipis yang disebut diskus.
Pangkal daun bersatu membentuk batang semu. Batang semu yang berada di dalam
tanah, kemudian berubah bentuk dan menjadi umbi lapis atau bulbus. Bagian-bagian dari umbi bawang merah terdiri dari sisik
daun, kuncup, subang (diskus), dan akar adventif. Contoh tanaman bawang merah
disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar
6. Tanaman Bawang Merah
(sumber:
lenterahati.web.id)
Gambar
7. Bawang Merah yang Telah Dipanen
(sumber:
lenterahati.web.id)
Kemudian, pada awal pertumbuhannya, tangkai bunga keluar dari
dasar umbi (cakram). Tiap tangkai bunga
tumbuh dan memanjang. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk
tandan yang bertangkai antara 50-200 kuntum bunga. Bagian ujung dan pangkal tangkai bunga mengecil dan menggembung di bagian tengah seperti pipa. Tangkai tandan bunga ini bisa tumbuh mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah
termasuk bunga sempurna yang memiliki benang sari dan kepala putik. Pada umumnya terdiri dari 5-6 benang
sari, sebuah putik, dan daun bunga yang berwarna putih. Bakal buah terbentuk dari tiga daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang,
dan dalam tiap ruang tersebut
terdapat dua calon biji. Buah berbentuk bulat
dengan ujung tumpul yang membungkus biji yang berbentuk agak pipih. Biji Bawang merah dapat digunakan sebagai bahan
perbanyakan tanaman secara generatif. Penyerbukan bunga bawang merah
melalui perantaraan lebah madu atau lalat hijau.
Berdasar warna umbi, maka bawang merah dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu:
a.
Kelompok yang umbinya merah tua, seperti
kultivar Medan, Sri Sakate, Maja dan Gurgur.
b.
Kelompok yang umbinya kuning muda pucat,
seperti kultivar Sumenep.
c.
Kelompok yang umbinya kuning kemerahan,
seperti kultivar Lampung, Bima, Ampenan dan sebagainya (Singgih, 1994).
2.2
Sejarah dan Budidaya Bawang Merah di Indonesia
Berdasarkan sejarahnya, tanaman bawang merupakan
tanaman tertua dari dari silsilah peradaban manusia. Menurut perkiraan para
ahli, bawang merah tumbuh pertama kali di wilayah Asia Tengah, di sekitar
Palestina (Sunarjono dan Soedomo, 1989 dalam
Ameriana dan Sutiarso, 1995). Kemudian pada abad VIII, tanaman ini menyebar
ke wilayah Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol. Selanjutnya, dari
negara-negara ini, tanaman bawang merah menyebar luas ke Amerika, Asia Timur,
dan Asia Tenggara (Wibowo, 1991 dalam
Ameriana dan Sutiarso, 1995). Di Indonesia sendiri, sentra produksi bawang
merah yang terkenal adalah Brebes, Cirebon, Tegal, Kuningan, Wates, Lombok
Timur, dan Samosir.
Pada budidaya bawang merah, faktor iklim merupakan
faktor yang paling berpengaruh. Apabila iklimnya sesuai, maka hampir semua tipe
tanah dapat digunakan dalam budidaya bawang merah. Unsur-unsur yang termasuk
dalam faktor iklim, yaitu seperti ketinggian tempat, suhu, kelembaban, cahaya,
curah hujan, dan angin. Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah
hingga dataran tinggi 800 dpl. Pertumbuhan optimal dijumpai di daerah dengan
ketinggian antara 10-250 m dpl (Anon, 1985 dalam
Sumarni dan Sumiati, 1995). Tanaman bawang merah dapat menghasilkan umbi yang
baik pada suhu udara antara 20o-30o C, dengan suhu
rata-rata 24oC (Grubben, 1990 dalam
Sumarni dan Sumiati, 1995).
Sehubungan dengan lokasi sentra produksi bawang
merah yang tersebar, terutama pulau Jawa, diketahui bahwa bawang merah bisa
dibudidayakan hampir di seluruh Indonesia, kecuali DKI Jakarta, Riau,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Penyebaran yang cukup luas tersebut
dikarenakan tanaman bawang merah dapat ditanam dan tumbuh antara 0-1000 meter
di atas permukaan laut (dpl) dan hampir semua jenis tanah di Indonesia. Tanaman
bawang merah membutuhkan lingkungan tumbuh yang mendukung. Dua faktor yang
mempengaruhi adalah iklim dan tanah. Data hasil produksi dan luas panen bawang
merah di Indonesia disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8.
Produksi dan Luas Panen Bawang Merah di Indonesia
Wilayah
|
Produksi (ribu ton)
|
LuasPanen (ribu ha)
|
2001
|
2002
|
2001
|
2002
|
Jawa
|
665,0
|
596,3
|
62,5
|
67,2
|
Bali
& NusaTenggara
|
129,3
|
115,9
|
8,7
|
9,4
|
Sumatera
|
43,3
|
38,8
|
5,4
|
5,8
|
Kalimantan
|
0,1
|
0,1
|
0,0
|
0,0
|
Sulawesi
|
18,7
|
16,8
|
5,2
|
5,6
|
Maluku & Papua
|
4,8
|
4,3
|
0,4
|
0,4
|
Luar Jawa
|
196,2
|
175,9
|
19,7
|
21,2
|
Indonesia
|
861,2
|
772,1
|
82,2
|
88,4
|
Sumber : BPS, 2002
Daerah yang menjadi produsen bawang merah terbesar
di pulau Jawa adalah Kabupaten Brebes. Menurut data Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Brebes, sentra produksi bawang merah di wilayah Brebes Utara dan Brebes Tengah
tersebar di 11 Kecamatan. Bawang merah menjadi produk unggulan di Kabupaten
Brebes, dengan produksi rata-rata pertahun selama 5 tahun terakhir mencapai
1.750.588 kw dengan luas panen 19.405 Ha (Disperindag, 2012).
Selanjutnya, pada tahun 2010, produksi bawang merah Kabupaten
Brebes tercatat sebesar 400.501 ton atau setara dengan 79,09 persen total
produksi bawang merah di seluruh wilayah Jawa Tengah yakni 506.357 ton. Dengan
produksi sebesar itu, Brebes berkontribusi sebesar 38,18 persen atas produksi
bawang merah nasional yang mencapai angka 1.048.934 ton. Sentra produksi bawang
nasional sampai saat ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Menurut data
Kementerian Perdagangan tahun kontribusinya mencapai 80,73 persen (846.793 ton)
terhadap total produksi bawang merah nasional (Pedoman News, 2012).
Sementara untuk di
Pulau Sumatra, daerah yang menjadi produsen komoditas bawang merah adalah di
sekitar Samosir, Danau Toba.
Sekitar 80 persen dari 130 ribu jiwa di Kabupaten Samosir berprofesi sebagai
petani. Di Samosir sendiri, produksi bawang merah sekitar 5 - 6 ton per hektar.
Angka tersebut, dikatakannya, dihasilkan dari sekitar 200 hektare pertanaman
bawang merah di yang tersebar di wilayah Kabupaten Samosir (Dewantoro, 2012).
2.3
Kandungan dan Penggunaan Bawang Merah
Berdasarkan
kandungannya, bawang merah mengandung minyak atsiri yang mudah menguap saat
umbinya dikupas dan dipotong. Minyak atsiri tersebut berada dalam kandungan air
bawang. Dari 100 gram umbi Allium cepa yang diteliti, sekitar 80 persen
kandungannya adalah air. Kandungan lainnya yaitu karbohidrat atau zat pati
sebesar 9,2% dan gula 10%, serta selebihnya adalah vitamin dan mineral. Vitamin
yang terkandung dalam bawang merah antara lain, vitamin B1, B2, dan C.
Sementara mineral yang ada dalam bawang merah seperti kalium, zat besi, dan
fosfor. Kandungan gizi bawang merah disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kandungan Gizi Bawang Merah
Kandungan
|
Jumlah
|
Air
|
80-85%
|
Kalori
|
30
kal
|
Protein
|
1,5%
|
Lemak
|
0,3%
|
Karbohidrat
|
9,2%
|
β-karotene
|
50,00
IU
|
Tiamin (Vit. B1)
|
30,00
mg
|
Riboflavin (Vit. B2)
|
0,04
mg
|
Niasin
|
20,00
mg
|
Asam askorbat (Vit. C)
|
9,00
mg
|
Kalium
|
334,00
mg
|
Zat Besi
|
0,80
gram
|
Fosfor
|
40,00
mg
|
Fruktosa
|
10-40%
|
Gula mereduksi
|
10-15%
|
Sakharosa
|
5-8%
|
Sumber: Wgner, 1993 dalam Lansida, 2009
Selanjutnya, terkait penggunaannya, bawang merah
digunakan di hampir seluruh makanan, khususnya di Asia Tenggara, baik itu
makanan utama, makanan ringan atau jajanan. Bawang merah umumnya diolah menjadi
bahan dasar bumbu masakan maupun bawang goreng untuk taburan di atas makanan. Pada
Tabel 10 disajikan beberapa jenis makanan dan kudapan asal Indonesia, yang
menggunakan bawang merah di dalam resep-resep makanannya.
Tabel
10. Makanan dan Kudapan yang Menggunakan
Bawang Merah
Makanan
|
Kudapan
|
-
Acar
-
Ayam goreng
-
Dendeng
-
Gudeg
-
Gulai
-
Gado-gado
-
Ikan bakar
-
Ketupat sayur
-
Laksa
-
Lodeh
-
Nasi goreng
-
Opor
|
-
Pepes
-
Perkedel Rawon
-
Rendang
-
Salad
-
Sambal goreng
-
Semur
-
Soto
-
Sup
-
Tauge goreng
-
Tongseng
-
Tumis sayur
|
-
Arem-arem
-
Asinan Jakarta
-
Bawang goreng
-
Buras
-
Kerupuk bawang
-
Kroket
-
Lumpia
-
Otak-otak
-
Panada
-
Pastel
-
Sosis solo
-
Tahu isi
|
|
|
|
Sumber: Maraharimin dan Suyono (2009), Tim Beranda
Wanita (1999), Cita Rasa Promedia (1993)
Secara tradisional umbi lapis bawang merah digunakan
untuk peluruh dahak (obat batuk), obat kencing manis, memacu enzim pencernaan,
peluruh haid, peluruh air seni dan penurun panas (Lansida, 2009). Di
dalam masyarakat, penggunaan bawang merah untuk bahan masakan dan obat, umumnya
dipilih bawang yang masih segar. Di saat kondisi panen melimpah, bawang merah
bisa diberi perlakuan untuk memperpanjang daya simpannya. Bawang merah antara
lain dibentuk acar, bawang goreng, tepung, pasta, dan minyak. Tentu saja nilai
jualnya menjadi lebih tinggi dibanding harga jual segar. Berikut pada Gambar 8
disajikan pohon industri dari bawang merah.
Gambar
8. Pohon Industri Bawang Merah
(Sumber:
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah, 2005)
Permasalahan
yang muncul menghinggapi komoditas bawang merah adalah masuknya bawang merah
impor ke Indonesia. Hal tersebut dikarenakan oleh besarnya pasar bawang merah
di dalam negeri, sehingga bawang merah impor masuk secara ilegal. Kedatangan
bawang merah ilegal tersebut bisa menimbulkan keresahan bagi petani bawang
merah. Terutama bagi petani di daerah-daerah yang menjadi sentra yang 80 persen
terletak di Pulau Jawa, antara lain Brebes, Nganjuk, Probolinggo, dan Cirebon.
Padahal menurut data Kementerian Pertanian, luas panen bawang merah per akhir
2009 mencapai 102.050 ha dengan volume produksi 952.939 ton. Angka tersebut
sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saat ini, yaitu sekitar 2,65 kg per
kapita per tahun atau lebih kurang 609.500 ton per tahun. Dari perkiraan
perhitungan tersebut masih terdapat surplus bawang merah 300.000 (Hasniawati,
2012).